Monday, August 06, 2012

Pulkam Trip – 6th Day (Sidikalang-Medan-Jakarta)

Senin, 30 Juli 2012, adalah hari terakhir ku di Sidikalang. Aku tidak akan kemana-mana selain membeli dua bungkus kopi bubuk asli Sidikalang sebagai oleh-oleh kepada dua orang rekan kerja yang telah memesan. Kopi Sidikalang dulu sangat terkenal aromanya yang khas, namun sekarang mulai redup dengan brand kopi asing. Hal ini juga diakibatkan kurangnya inovasi dari pengusaha dan perhatian dari Pemkab Dairi.
UD "IDA" Kopi Bubuk Asli Dairi di Jl Sudirman, Sidikalang
Aku hanya menemani Ibu sepanjang hari berkeliling-keliling rumah sambil beristirahat setelah perjalanan panjang kami yang menguras tenaga. Siang harinya, Ibuku memasak makanan yang spesial, gulai ayam. Sebenarnya aku menolak ketika Ibu akan menawarkan memasak ayam, karena memang ayam peliharaan Ibu belum ada yang cocok untuk dipotong.

Pulkam Trip – 5th Day (Silangkitang-Sidikalang)

Pagi-pagi sekali, suasana sudah hiruk pikuk. Tiga ponakanku sudah bersiap-siap berangkat sekolah. Sedikit malas, akupun terbangun dan mereka pamitan sambil kuberikan uang jajan. Akupun harus bersiap-siap karena hari ini akan kembali ke Sidikalang. Setelah makan pagi dan acara foto bersama, kami pun dijemput AKDP CKB yang akan mengantar kami ke Sidikalang. Karena keterbatasan waktulah, maka cutiku yang hanya seminggu aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mengunjungi saudara dan famili sebanyak-banyaknya. Meskipun kadang-kadang kunjungan hanya dalam hitungan jam.
Sesaat sebelum pulang ke Sidikalang

Jam dua siang kami sampai di Sidikalang. Aku langsung mandi karena aku tidak akan berani untuk mandi di sore hari di kota kopi yang terkenal sangat dingin ini. Kuambil handuk dan sabun kemudian ditemani Bonggi, anjing peliharaan kami, aku berlari ke sumur di belakang rumah, menuruni sisi-sisi jurang.

Pulkam Trip – 4th Day (Kuta Galung-Dolok Sanggul-Parlilitan-Silangkitang)

Tanpa terasa malam telah menghampiri. Udara dingin mulai menusuk sampai ke tulang. Setelah makan malam yang tergolong spesial karena mereka memasak ayam kampung di gulai, kami pun berbincang-bincang sebelum akhirnya rasa kantuk menyerang. Aku tidur pulas sekali karena kelelahan sepanjang hari. Seharusnya malam ini kami pulang ke Pranginen, dan besok berangkat dari sana ke Dolok Sanggul. 
Foto hasil jepretan Ibuku
Namun tidak ada kata negosiasi bagi Puhun dan Nampuhun, kami pun menyerah dan menginap disana. Sementara Kak Mer yang sudah menunggu kami hanya bisa tersenyum kecewa ketika mendengar kami akan menginap di Kuta Galung dan besok hanya pamit sejenak ke rumahnya sebelum pulang. Ntah makanan apa yang telah ia persiapkan untuk kami malam itu, setahuku ia ingin memasak suatu yang spesial untukku.

Pulkam Trip – 3rd Day (Pranginen-Kuta Galung-Alahan Lebbuh-Kuta Galung)

Alarmku berbunyi. Aku tak tahu ntah jam berapa. Yang kutahu, semua orang telah bersiap-siap. Semua ponakanku telah berpakaian rapi hendak berangkat ke sekolah. Aku pun mempersiapkan diri karena hari ini adalah perjalanan paling melelahkan yang akan kulakukan dalam pulkam trip ini. Aku akan menempuh jarak 3 km berjalan kaki bersama ponakanku untuk mencapai Kuta Galung sementara Ibuku akan diantar kakak iparku dengan sepeda motor. Aku sungguh bersemangat meskipun aku tahu nanti pasti kelelahan. Setelah pamitan, aku pun menyusul ponakanku, Tony,  yang sudah berseragam SMP di tepi jalan dan kami menyusuri jalan yang semakin menanjak sampai dipuncak bukit kemudian berliuk-liuk menurun ke desa yang kami tuju, yaitu Kuta Galung (kuta artinya kampung/desa).
Ponakanku Tony yang akan berangkat sekolah
Kuta Galung adalah pusat keramaian di daerah ini. Disana ada pasar sekali seminggu, ada beberapa gereja, poskesdes, dan sebuah SMP.  Terakhir kali aku berkunjung kesini sekitar tujuh belas tahun yang lalu, namun hingga sekarang aku belum melihat adanya perubahan yang berarti. Setelah aku dihantar sampai depan pintu, Tony berlalu ke sekolahnya. 

Pulkam Trip – 2nd Day (Sidikalang-Dolok Sanggul-Parlilitan-Pranginen)

Setelah tubuhku terasa hangat, aku pun mandi dengan air ramuan yang telah dipersiapkan Ibuku. Rasa segar menyelimuti dan aku berganti pakaian. Kemudian kami berangkat ke rumah kakak kedua sekitar 4 km dari rumah dan menginap disana. Keesokan harinya, kami pun bersiap-siap berangkat ke kampung ayahku. Setelah mempersiapkan barang-barang yang hendak dibawa (dan yang paling penting adalah kamera dan baterainya karena sangat sulit menemukan penjual baterai kamera disana nantinya), kami pun berangkat ke stasiun dan menumpang CKB sejenis AKDP yang mengantar kami sampai Dolok Sanggul.
Simpang Empat Dolok Sanggul, Kab. Humbahas
Setelah dua jam transit disana, kami pun menumpang mobil angkutan sejenis L300 untuk mengantarkan kami ke Pranginen melewati Parlilitan. Tidak terasa tiga jam di perjalanan, sekitar jam 5 sore, kami sampai di rumah kakak kelimaku, yaitu Kak Merdiana. Rumah kak Mer, demikian biasa kupanggil, berada ditepi jalan menuju Kuta Galung. Oh ya, sebagai informasi kami ada sepuluh orang bersaudara, terdiri dari empat laki-laki dan enam perempuan.

Pulkam Trip – 1st Day (Jakarta – Medan – Sidikalang)

Setelah genap satu tahun aku mengikuti program pendidikan untuk menjadi pekerja di salah satu BUMN terbesar di Indonesia, maka aku mendapat cuti pendidikan selama sekitar satu minggu, terhitung sejak 24 Juli-31 Agustus 2012. Kalau saja perusahaan tidak membayar biaya tiketku untuk cuti, maka aku tentu tidak akan pulang kampung (pulkam) mengingat ongkos yang cukup mahal. Meskipun tiket kembali ke Jakarta harus kubayar sendiri, namun kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Sedikit informasi, sejak meninggalkan kampung halaman pada bulan Agustus 2006 dan menempuh pendidikan tinggi di Bandung, aku belum pernah dan bertekad tidak akan kembali ke kampung halaman sebelum menjadi “orang”. Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Pada tanggal 23 Februari 2012 sekitar Pukul 22.00 WIB atau hanya beberapa jam menjelang hari kasih sayang, Tuhan menunjukkan kasih sayang kepada Ayahku dengan menjemputnya ke pangkuan-Nya di surga setelah berjuang melawan sakit yang dideritanya selama lebih dari dua tahun. Aku masih ingat betul ketika Ibuku berkata: “Doman, Ayahmu sudah pergi. Meskipun demikian kamu jangan berkecil hati ya kalau kamu tidak bisa melihat Ayahmu untuk terakhir kali, bukan karena apa, tetapi karena kita tidak ada uang untuk membeli tiketmu pulang kampung. Lanjutkan kuliahmu dengan semangat.” Dan aku pun hanya berpasrah.