Wednesday, April 18, 2012

Inilah ke 83 Marga Keluarga Besar PARNA

Bagi masyarakat Bangso Batak dan para anthropolog/etnolog telah banyak mengkaji keberadaan marga-marga keturunan Raja Nai Ambaton yang teguh memegang amanat leluhurnya dalam membangun ikatan persaudaraan pada berbagai wilayah di Indonesia sampai ke luar negeri (desa na ualu). Warga Parna dalam berkomunikasi persaudaraan tidak memandang adanya sekat/batas, wilayah penyebaran sub etnis (puak), agama, sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik. Kenyataan, sebegitu tahu dirinya bagian dari marga PARNA komunikasi akan terbangun secara spontanitas. Ini sudah menjadi kebiasaan dan berlangsung cukup lama, bukan satu abad saja. Telah teruji dalam sejarah perjuangan, zaman revolusi, termasuk dalam menegakkan kemerdekaan RI, demikian dituturkan para orang tua-tua pelaku perjuangan dari berbagai wilayah.

Begitu sakral ikatan kekerabatan (pertuturan) PARNA ini bagi individu yang sudah merasakannya. Banyak perantau mendapat pengayoman dari semarganya, ketika dia berada di daerah baru di seluruh wilayah Indonesia ia mendapatkan orang tua, walau orang tua kandungnya jauh nun di tanah Batak sana. Seorang putra Batak keturunan Raja Nai Ambaton diperantauan cukup menyebut tahu lingkup marga-marganya, itu sebagai modal berkomunikasi, bahwa ia anak, bapak dan kakek, atau cucu, termasuk boru (sepengambilan-berkawan).

Penghayatan kepada amanat leluhur Raja Nai Ambaton: si sada anak, si sada boru;, walau ada yang membuat istilah itu;sisada lulu anak, sisada lulu boru;, entah apa bedanya, apa artinya secara hakiki. Hal itu bukan sekedar main main bagi setiap individu keturunan raja Nai Ambaton, baik pada saat acara adat (ulaon) dalam keadaan bahagia, suka cita, (Las ni Roha) maupun pada waktu duka (Lungun ni Roha) tetap mempertahankan tidak boleh saling mengawini sesama marga PARNA. (Na So Jadi marsibuatan anak/boru angka pinompar ni Parna) atau incest atau dilarang saling mengawini putra-putri bagi marga parna). Tanggung jawab keluarga Parna dalam adat istiadat dapat dipikul keluarga marga parna setempat ketika orang tuanya jauh dari perantauan bila melangsungkan pernikahan, misalnya di Papua sekalipun ia berada.


Nama Cabang Marga Bangso Batak Keturunan Raja Nai Ambaton ( Parna)

Setelah membaca tulisan dari Bpk. PMH. Sidauruk yang berjudul "Inilah ke 64 Marga pada Keluarga Besar PARNA", Penulis merasa tertantang juga untuk membuat list marga Parna yang konon ceritanya jumlahnya tidak pasti. Dari sejak kecil Penulis diberitahu oleh orang tua bahwa ada 62 Marga Parna, akan tetapi setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata lebih banyak dari angka tersebut. Menurut Rapat Kerja Nasional Parna Se-Indonesia, ada 64 Marga Parna. Akan tetapi menurut hasil penelusuran Penulis ada 83 Marga Parna dimana tidak semua marga dibawah ini mengakui sebagai bagian dari Parna. Tercatat di Wilayah: Samosir, Toba, Simalungun, Karo, Tapanuli Selatan, Pakpak/Dairi, Alas, Gayo dan Singkil. Daftar marga ini tersusun menurut alfabetis dan diolah dari berbagai sumber.
  1. Bancin
  2. Banuarea/Banurea
  3. Berampu/Brampu
  4. Barasa/Brasa
  5. Baringin/Bringin
  6. Beruh (Kutacane)
  7. Biru
  8. Boangmanalu
  9. Capah
  10. Dajawak
  11. Dalimunthe
  12. Damunthe
  13. Dasalak
  14. Gajah
  15. Ginting Beras
  16. Ginting Bukit
  17. Ginting Capa
  18. Ginting Garamata
  19. Ginting Ajar Tambun
  20. Ginting Baho
  21. Ginting Guru Patih
  22. Ginting Jadi Bata
  23. Ginting Jawak
  24. Ginting Manik
  25. Ginting Munthe
  26. Ginting Pase
  27. Ginting Sugihen
  28. Ginting Sinisuka
  29. Ginting Tumangger
  30. Garingging
  31. Haro
  32. Hubu
  33. Hobun
  34. Kombih (Singkil)
  35. Maharaja
  36. Manihuruk
  37. Manik Kacupak
  38. Munthe
  39. Nadeak
  40. Nahampun/Anak Ampun
  41. Napitu
  42. Pinayungan/Pinayungen
  43. Pasi
  44. Rumahorbo
  45. Saing
  46. Sampun
  47. Saraan
  48. Saragi
  49. Saragih Dajawak
  50. Saragih Damunthe
  51. Siadari
  52. Siallagan
  53. Siambaton
  54. Sidabalok
  55. Sidabungke
  56. Sidabutar
  57. Sidauruk
  58. Sigalingging
  59. Sijabat
  60. Sikedang (Kutacane)
  61. Simalango
  62. Simarmata
  63. Simbolon Altong Nabegu
  64. Simbolon Hapotan
  65. Simbolon Juara Bulan
  66. Simbolon Pande Sahata
  67. Simbolon Panihai
  68. Simbolon Suhut Nihuta
  69. Simbolon Tuan
  70. Simbolon Sirimbang
  71. Sitanggang Bau
  72. Sitanggang Gusar
  73. Sitanggang Lipan
  74. Sitanggang Silo
  75. Sitanggang Upar Parangin Nawalu
  76. Sitio
  77. Sumbayak
  78. Tamba
  79. Tendang
  80. Tinambunan/Tinambunen
  81. Tumanggor/Tumangger
  82. Turnip
  83. Turutan/Turuten.

3 comments:

Lolo Mandiri Boangmanalu said...

Kenapa Marga Boangmanalu Bisa Masuk Parna...??3

Unknown said...

Yang benar Sitanggang Lipan nomor 2 setelah Sitanggang Bau, salah kalau Sitanggang gusar yang kedua. Tolong diralat ya...

Enna Sri Rezeki Boangmanalu said...

Pertanyaan yang sama turang... Kenapa boangmanalu masuk parna??? Saya pernah ketemu boangmanalu yg mengatakan boangmanalu itu sebenarnya buangmanalu dan itu bukan masuk parna,dia berdiri sendiri.. Itu benar gak???