Dari Sosialita menjadi Jamila @ Kantin BSM Thamrin |
Oh ya, Domci lupa menjelaskan arti Jamila tadi ye. Baiklah, Jamila
adalah singkatan dari “Jatuh Miskin Lagi”, ingat Jamila bukan Jameela apalagi
Jamidong. Kok bisa? Jadi gaji kita kan sekitar 15an gitu, maksudnya tanggal
15an udah mulai sekarat alias jatuh miskin lagi. Nah, kebetulan bentar lagi
tanggal 15 dan kita sudah siap2 dengan fenomena jamila. Hehehe. So, kali ini
kita putuskan menjelajahi Pecinan. Ingat, "Pecinan", bukan Pecinaan apalagi
pecintaan, yang terletak di kota Jakarta. Hmm, ada yang lupa. Kali ini kita
berangkat sebanyak 7 orang, ada Mbok Des si Cameroon Diaz, Ummi STC (Si Terlalu
Cacat) yang adalah ketua perkumpulan cacat, Mbak Rika Putri Gresik, Harto si
Manusia Jangkung, Penulis sendiri yang adalah paling ganteng dan paling baik,
yang semuanya member tetap dari tour ini serta bagian dari perkumpulan Jamila
sejagad, dan ada 2 tamu istimewa, Mas Seto temen SMA si Ummi STC, dan Mas Anjas
yang sepanjang perjalanan di godain terus sama kita2. Hehehe….
Pecinan Jakarta (Jakarta’s Chinatown) terletak di daerah Jakarta Barat
dan Jakarta Pusat (West Jakarta & Central Java), dengan lokasi Pecenongan,
Gajah Mada, Hayam Uruk, Glodok, sampai Kota. Kali ini kita hanya akan ke
Glodok. Nama Glodok sendiri dipercaya berasal dari kata Grojok suara air dari
penampungan kali. Lama kelamaan kata ’grojok’ kemudian biasa diucapkan warga
dengan lafal cadel menjadi ’glodok’. Masih ada beberapa versi lain mengenai
asal usul nama Glodok.
What?
Glodok dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik di Jakarta dan sudah
dikenal sejak jaman dahulu kala. Saking kesohornya, Glodok
bahkan disebut-sebut sebagai pusat penjualan elektronik terbesar di Asia Tenggara.
Bagi Indonesia, Glodok adalah
pusat perdagangan elektronik terbesar dan tersibuk. Pecinan dikenal dengan dengan bentuk bangunan
yang unik dan pusat bermukimnya etnis Tionghoa.
How to get there?
Menanti bus di Halte Busway |
Yeah..yeah…sabar dong bu. Ada banyak alternatif menuju kesana. Ada bis,
angkot, busway dan kereta listrik (commuter line). Masalahnya pembaca tempat
tinggalnya dimana atau berangkat dari mana? Asumsi kita kalo naik busway, start
dari Harmoni ya. Kenapa Harmoni? Soalnya hampir semua koridor berkumpul disana,
misalnya Pulo Gadung-Harmoni, Kali Deres-Pasar Baru, Blok M-Kota, Harmoni-Ancol,
Harmoni-PGC, de el el. So, kalo mau ke Glodok, dari Harmoni langsung aja nebeng
busway (jangan lupa beli tiket Rp 3.500) merah alias Jurusan Blok M-Kota arah
ke Kota. Berhenti di halte Glodok, terus jalan kira2 100m ke Pasar Glodok. Nah,
start dari samping pasar Glodok (Jalan Pancoran) udah termasuk Pecinan. Nah kalo
naik KRL (ongkosnya rata-rata Rp 6.000), ada banyak tuh yang penting menuju
arah Stasiun Kota. Dari sana bisa naik busway ke halte Glodok. Ada juga
beberapa bis dan angkot yang langsung ke Glodok. Pokoknya tanya2 aja deh,
Glodok itu udah legendaris di Jakarta. Hehehe..
What we get there?
Nah, ini dia paling penting. Jangan sampe udah cape2 dan desak2an naik
busway dan KRL, trus gak tau mau ngapain disana. Terus orang neriakin:
KAMSEUPAY!! Kesel banget kan… Cekidot & sedot gan...
Gang Gloria
Menunggu Makanan @ Gang Gloria |
Target pertama adalah Gang Gloria? Why? Coz tim udah gak sarapan dan
sangat kelaparan, maka target pertama adalah wisata kuliner di Gang Gloria. Disebut
Gang Gloria karena dulu disana ada toko Gloria yang sangat terkenal, tetapi
sudah terbakar habis. Nah, di Gang Gloria ini ada banyak yang layak untuk
dicoba. Note: buat yang Muslim, wajib tanya dulu ya, halal atau tidak. Para penjual
akan dengan senang hati memberi tahu mana makanan yang halal dan mana yang
mengandung babi ato pork. Hehehe..
Makanan yang wajib di coba yaitu Mie Kangkung si Jangkung (@Rp 20.000), Rujak
Juhi (brape ye, lupa euy), terus Nasi Ayam Tim Obat, ada juga Ngo Hiong
(mengandung babi @ Rp 15.000), Gado-Gado Direksi, Lo Mie, Nasi Hainam dan masih
banyak lagi. Sedangkan minuman yang wajib di coba yaitu Liang Teh, Es Kopi Tak
Kie (yang konon sudah berumur 100 tahun lebih).
Pasar Petak Sembilan
Crew @ Pasar Petak Sembilan |
Pasar Petak Sembilan terletak di Jalan Kemenangan III menawarkan
berbagai pernak-pernik Imlek. Dibandingkan dengan pasar
tradisional, pasar ini memang lebih terasa nuansa orientalnya dengan berbagai
hiasan lampion dan pernak-pernik merah. Jalan-jalan ke Petak Sembilan juga
menyajikan pemandangan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Cina. Memang sedikit becek dan padat, tetapi itu
semua akan terbayar lunas ketika Anda menyusuri daerah ini.
Klenteng Toa Se Bio
Domci, Ummi & Rika @ Toa Se Bio |
Secara harafiah, Toa Se Bio berarti ‘kelenteng utusan’. Memang, pada
abad ke-15, seorang utusan Raja Cheng Goan Cheng Kun dari China Selatan pernah
datang ke Glodok untuk bersilaturahmi dengan pengurus Kelenteng Cheng Goan
Cheng Kun. Pendiri kelenteng ini adalah seorang pedagang yang berniaga di Pasar
Glodok. Tampaknya, ia seorang pengagum atau pengikut Raja Cheng Goan Cheng Kun.
Oleh karena itu, untuk mengingat sang raja, ia mendirikan kelenteng dengan nama
tersebut. Belakangan, nama Toa Se Bio lebih dikenal ketimbang nama Cheng Goan
Cheng Kun, karena Toa Se Bio lebih mudah diingat ketimbang Cheng Goan Cheng
Kun. Salah satu keistimewaan kelenteng ini adalah sangat
manjur untuk bersumpah.
Yang kami lakukan selain berfoto adalah, salah seorang teman kami
penganut Hindu, Mbok Des, melakukan sembahyang kepada 17 dewa di Klenteng ini. Lain
halnya dengan Ummi, desperado dengan jodoh, maka dia meramal jodohnya di depan
salah satu dewa. Hasilnya adalah jodohnya terlambat dan salah satu temennya
adalah pengagum dia dan cocok dengan dia. Dan korbannya adalah Harto si Manusia
Jangkung (emang cuma mie kangkung aja yang jangkung, wkkwkw).
Gereja Katolik Santa Maria de Fatima
Domci @ Gereja Santa Maria de Fatima |
Gereja Santa Maria disebut juga
Gereja Toasebio, terletak di
Jalan yang sama dengan Klenteng Toa Se Bio, di Jalan Kemenangan III. Nama Santa
Maria de Fatima sendiri diambil dari peristiwa penampakan Bunda Maria kepada
tiga gembala di Fatima, Portugal. Bangunan ini awalnya adalah rumah milik
seorang Kapitan yang kerap disapa Kapitan Tjioe dan dibangun kira-kira pada
awal abad ke-19, dilindungi sebagai
benda cagar budaya. Selain berfoto di depan gereja, kami juga menyempatkan diri
masuk ke dalam gereja. Nuansa klenteng juga terasa sangat kental di dalam
gereja. Di luar gereja terdapat juga Patung Bunda Maria.
Buddhist Temple - Jin de Yuan
Domci @ Jin de Yuan |
Tujuan terakhir
kami adalah Kelenteng Jin de Yuan. Kelenteng ini merupakan
kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada tahun 1650. Tahun 1740,
kelenteng ini terbakar. Baru pada tahun 1755 membangun kembali Jin De Yuan atau
Kim Tek Le yang berarti Kelenteng Kebajikan Emas.
Sama seperti di
Toa Sai Bio, banyak juga umat yang sedang berdoa. Namun di sini jumlahnya lebih
banyak. Dikarenakan juga altar yang sangat banyak, sebagian besar hasil dari
sumbangan umat. Tak lupa lilin-lilin besar yang biasa disebut lilin panjang
umur yang bisa bertahan menyala selama berbulan-bulan. Di sini asap dupanya
sangat pekat sehingga membuat mata menjadi perih. Sehingga pengurus kelenteng
biasanya menggunakan kacamata renang untuk mengatasinya. Setelah puas melihat klenteng ini, kami pun ke Giant Lindeteves Trade Center, belanjan bulanan dan pulang....
No comments:
Post a Comment