"When you over promise and under deliver you lose your
credibility and that is incredibly hard to win back." (Angela Paige)
Suatu hari, saya dan teman saya
berjanji akan pergi ke luar negeri. Karena tempat yang dituju jauh dan membutuhkan
biaya besar, maka kami akan lakukan sejumlah persiapan. Diantaranya hunting
tiket, hunting penginapan dan aku harus berhemat selama beberapa bulan untuk
menuju tempat yang akan kami kunjungi. Karena dia sudah berpengalaman
berpetualang luar negeri, maka aku sangat bergantung padanya dan dia berjanji
akan membawaku kesana. Setelah beberapa bulan berlalu, berkali-kali aku
tanyakan melalui pesan singkat kepadanya bagaimana tentang rencana kami yang
dulu dan janjinya untuk membawaku kesana. Tapi tidak pernah ada respon. Akhirnya
kubicarakan secara empat mata, dan dia mengatakan tidak memiliki cukup dana
untuk itu. Semudah itukah? Tanpa perlu minta maaf? Sementara aku begitu
berharap!
Bagi sebagian orang, mengucapkan
janji semudah meneguk air putih. Setelah meminumnya, dia merasa puas pada saat itu dan lupa
akan konsekuensinya yaitu kewajiban bersyukur karena air putih itu bisa
menghilangkan dahaganya. Demikian juga berjanji, orang akan merasa puas pada saat itu karena
bisa memenuhi keinginan orang lain. Akan tetapi lupa akan konsekuensinya yaitu
kewajiban memenuhi janji tersebut. Sebenarnya seberapa pentingkah menepati
janji?
Dalam Islam, janji dianalogikan
sebagai sebuah hutang. Konsep al-wa’du
dainun (janji adalah hutang) menjadi penting sebab hutang harus ditunaikan
(dilunasi). Sedangkan orang yang mengingkari janji, dalam sebuah hadis termasuk
dalam kategori orang munafik. Beberapa ciri orang munafik: pendusta, pengingkar
janji, dan pengkhianat. Perintah menunaikan janji, Allah berfirman, ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya...” (QS. An-Nisaa’: 58).
Atau dalam hadis, ”Tidak ada iman bagi
orang yang tidak memiliki amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak
memegang janji.” (HR. Ahmad dan Al-Bazzaar). Orang yang ingkar janji adalah
musuh Allah di akhirat.
Dalam Kekristenan, seseorang yang telah berjanji tidak boleh
mengingkari janjinya. Bilangan 30-2: "Apabila seorang
laki-laki bernazar atau bersumpah kepada TUHAN, sehingga ia mengikat dirinya
kepada suatu janji, maka janganlah ia melanggar perkataannya itu; haruslah ia
berbuat tepat seperti yang diucapkannya." Mereka yang sudah dengan
kehendak bebasnya berjanji melakukan sesuatu, harus memegang janjinya!
Mengingkari Janji adalah Dosa
dan akan Dihukum oleh Tuhan. Tuhan Menghukum yang Jahat!
Imamat 5:4-5: "Atau apabila
seseorang bersumpah teledor dengan bibirnya hendak berbuat yang buruk atau yang
baik, sumpah apapun juga yang diucapkan orang dengan teledor, tanpa menyadari
hal itu, tetapi kemudian ia mengetahuinya, maka ia bersalah dalam salah satu
perkara itu. Jadi apabila ia bersalah dalam salah satu perkara itu, haruslah ia
mengakui dosa yang telah diperbuatnya itu,"
Tuhan mengharuskan orang Kristen
untuk memegang janjinya betapa pun tidak nyamannya atau menyenangkannya hal
itu. Kata "ya" cukup mengikat kita di hadapan Tuhan sebagai janji
kepada seseorang. Satu-satunya janji yang tidak harus kita pegang adalah
janji-janji yang berdosa. Sering kali, janji melibatkan pengorbanan di luar
zona nyaman. Jika Anda menjanjikan sesuatu, Tuhan mengharapkan Anda untuk
menepati janji itu dengan kemampuan terbaik Anda, seolah-olah Anda melakukannya
untuk Allah sendiri.
Kita tidak bisa mengakui dosa
kita karena telah mengingkari janji dan kemudian berpikir bahwa kita sudah
bebas dan tidak lagi bertanggung jawab. Selama Anda masih bisa menepati janji
Anda (meski Anda merasa tidak nyaman dan tidak ingin melakukannya), Anda harus
menemui orang itu, mengakui dosa Anda dan memperbaikinya dengan menepati janji
Anda. Dapatkan Anda datang ke hadirat Tuhan sementara Anda secara sadar menolak
menepati janji Anda? Hubungan seperti apa yang dapat Anda miliki dengan Tuhan
jika Anda mampu atau tidak mampu menepati janji Anda?
Mengapa penting untuk menepati janji?
- Arti penting memegang janji adalah masalah integritas! Seseorang memiliki martabat karakter yang sejati saat dia memiliki integritas yang tinggi!
- Integritas berarti kehormatan. Amsal 19:1: "Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal."
- Kebohongan itu memperdaya. Jika kita percaya pada Tuhan bahwa Dia akan memegang janji-Nya, bisakah orang lain memercayai kita bahwa kita akan memegang janji kita?
- Sekali kita memberi janji, kita tidak boleh mengubahnya! Tak peduli betapa sulitnya, memalukannya, dan beratnya, kita masih harus menepati janji kita dengan kemampuan terbaik kita.
- Kata-kata menunjukkan pada dunia dan pada Tuhan seberapa jujur kita. Jika Anda sudah menjanjikan sesuatu dan kemudian mengingkarinya, maka akan ada luka yang dalam. Apabila sudah terluka, perlu disembuhkan dan pasti akan meninggalkan bekas.
- Tuhan tidak pernah ingkar janji dan Dia tidak pernah memberi kita hak untuk mengingkari janji.
- Tuhan senang dengan orang-orang yang memegang janjinya. Amsal 12:22: "Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan- Nya."
- Hanya dengan mengatakan bahwa anda "akan" melakukan sesuatu, anda sudah "berjanji". Selalulah berkata-kata dengan benar dan menganggap serius kata-kata Anda! Integritas dan kehormatan adalah hadiah dari menepati janji.
Sumber:
2.Sabda
No comments:
Post a Comment