Setelah tubuhku terasa hangat, aku pun mandi dengan air ramuan yang telah dipersiapkan Ibuku. Rasa segar menyelimuti dan aku berganti pakaian. Kemudian kami berangkat ke rumah kakak kedua sekitar 4 km dari rumah dan menginap disana. Keesokan harinya, kami pun bersiap-siap berangkat ke kampung ayahku. Setelah mempersiapkan barang-barang yang hendak dibawa (dan yang paling penting adalah kamera dan baterainya karena sangat sulit menemukan penjual baterai kamera disana nantinya), kami pun berangkat ke stasiun dan menumpang CKB sejenis AKDP yang mengantar kami sampai Dolok Sanggul.
|
Simpang Empat Dolok Sanggul, Kab. Humbahas |
Setelah dua jam transit disana, kami pun menumpang mobil angkutan sejenis L300 untuk mengantarkan kami ke Pranginen melewati Parlilitan.
Tidak terasa tiga jam di perjalanan, sekitar jam 5 sore, kami sampai di rumah kakak kelimaku, yaitu Kak Merdiana. Rumah kak Mer, demikian biasa kupanggil, berada ditepi jalan menuju Kuta Galung. Oh ya, sebagai informasi kami ada sepuluh orang bersaudara, terdiri dari empat laki-laki dan enam perempuan.
Dari sepuluh orang tersebut, delapan diantaranya telah menikah sehingga aku telah mempunyai dua puluh lima keponakan. Kalau ditotal, keluarga besarku terdiri dari satu Ibu, sepuluh anak, delapan kakak ipar, dan dua puluh lima ponakan sehingga berjumlah empat puluh empat orang. Jumlah yang sungguh fantastis.
|
Ibuku beserta cucu dari Kak Mer |
Tak banyak yang kulakukan di tempat kak Mer, suaminya yang masih bekerja di tengah hutan belum pulang waktu itu. Sambutan hangat yang kami terima langsung kulanjutkan dengan mencari 3 orang ponakanku yang katanya sedang mengumpulkan kayu bakar. Setelah menemukan mereka, aku ajak mereka pulang, mandi kemudian makan malam pun telah dihidangkan. Sayur dan lauk yang sederhana sungguh terasa nikmat di lidah karena memang cara memasak orang di kampung sangat berbeda dengan orang di kota. Aku pun makan dengan lahap. Setelah makan, aku tak berani mandi karena udara dingin yang ekstrim, hanya mencuci muka dan tidur.
|
Makan Malam Bersama |
No comments:
Post a Comment