By: Kardoman Tumangger
Ada seorang yang sangat kaya raya sedang mencari-cari apa yang menjadi kekhawatirannya sehingga membuat dirinya sering tidak bisa tidur. Berhari-harinya dicarinya apa yang menjadi kekhawatiran selama ini. Dia mencari dan terus mencari sampai dia sendiri tidak tahu betapa banyaknya hal yang telah ia lewatkan karena ternyata yang ia khawatirkan ialah apa yang tidak orang lain khawatirkan.
Diapun pergi kejalan-jalan dan menanyakan kepada anak jalanan dan pengemis serta para gelandangan di persimpangan jalan dan pusat perbelanjaan Dia kemudian bertanya:
”Apa hal yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Kemudian jawab mereka:
”Aku paling khwatir kalau esok hari aku sudah tidak dapat berjalan berkeliling disini demi mendapat belas kasihan dari orang-orang sehingga aku tidak mati konyol disini, aku paling takut ditangkap aparat sehingga harus meringkuk lama sekali kemudian dilepas lagi tanpa ada pengaruhnya bagiku sama sekali.”
Orang kaya tersebut tidak merasa puas. Masih ada lebih banyak hal yang dirasakan hatinya mengenai kekhawatiran. Diapun pergi berjalan-jalan ke sebuah pasar tradisional. Pasar yang padat, sumpek, bau dan panas serta penuh ketidakteraturan. Dia kemudian bertanya:
” Apa hal yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Kemudian jawab mereka:
”Aku paling khawatir suatu saat nanti aku tergusur dari sini oleh pasar-pasar modern sehingga anak-anakku di rumah tidak dapat makan apalagi melanjutkan sekolah demi mencapai cita-cita mereka.”
Lagi-lagi si orang kaya tersebut merasa tidak puas. Semakin dia bertanya semakin dia merasa ada lebih banyak hal yang lebih mengkhawatirkan dari sekedar yang dikhawatirkan mereka. Dia kemudian pergi ke pedesaan yang terpencil. Disana dia menemukan penduduka sedang senang-senangnya mengerjakan sawah-sawah dan ladang mereka. Dilihatnya kerbau menarik bajak dan banyak ayam berkeliaran di halaman rumah penduduk. Dia kemudian bertanya:
”Apa hal yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Kemudian jawab mereka:
”Aku paling khawatir suatu saat nanti desa ini akan dijadikan kawasan industri milik bangsa asing sehingga kami menjadi buruh di rumah sendiri yang tidak mendapat gaji yang sepantasnya dan berdemo sehingga bahkan kami jadi dipecat bekerja disana.”
Semakin dijelaskan oleh para petani itu, orang kaya tersebut semakin tidak puas. Dia semakin merasa banyak kekosongan di hatinya. Semakin menjerit-jerit hatinya demi menahan suatu kekhawatiran yang di sendiri tidak tahu apa itu. Diapun pergi ke suatu kampus yang terkenal sebagai kawasan intelektual.
”Apa hal yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Kemudian jawab salah seorang dari mereka:
”Aku paling khawatir kalau aku tidak dapat lulus sampai sarjana karena alasan termasuk karena alasan kesulitan membayar SPP, karena harus membantu orang tua menyekolahkan adik-adik, karena tidak cukup uang untuk menyusun sebuah skripsi yang baik, karena dan karena ..” Banyak lagi yang disampaikan oleh mahasiwa tersebut sehingga dia bahkan tidak dapat ingat sama sekali semua.
Kemudian dia bertanya kepada seorang mahasiswa yang lain:
”Apa hal yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Dan mahasiswa tersebut menjawab:
”Aku paling khwatir kalau absenku tidak memenuhi syarat buat mengikuti ujian akhir, kalau nilaiku kosong karena tidak mengumpulkannya, kalau nilaku turun lagi karena keseringan keluyuran, kalau nilaiku tidak bisa untuk mencapai sarjana, kalau harus berputus dengan pacarku, kalau-kalau dan kalau...”
Karena orang kaya tersebut merasa pusing dan masih belum menemukan apa yang paling dikawatirkannya. Diapun pergi ketempat-tempat dia dapat menemukan apa yang paling mereka khawatirkan, dia bertanya pada para militer dan polisi, pada para pejabat dan petinggi, pada orang-orang sakit, pada dukun, peramal, dan ahli sihir, bahkan pada orang yang paling tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ketempat para orang bijak berkumpul dia bertanya:
”Apa yang paling kau khawatirkan dalam hidupmu sekarang ini?”
Dan mereka pun menjawab:
”Apa yang paling kau khawatirkan sebenarnya tidak kau ketemukan pada mereka yang ada mereka khawatirkan. Tanyalah pada dirimu sendir apa yang kau khawatirkan. Kau punya segalanya, punya harta benda melimpah, punya istri cantik, punya anak berbakat berprestasi, punya tubuh yang sehat dan kuat, yang kau khawatirkan adalah kekosongan jiwamu. Isilah jiwamu dengan harta yang tidak lapuk oleh waktu, tidak berkarat oleh zaman, dan kekal selamanya, dan kosongkan jasmanimu dari apa yang melekat selama ini maka apa yang kau khawatirkan akan lenyap.”
Diapun merasa marah dan tidak mampu menerima perkataan orang bijak tersebut. Lalu dia pun bertanya kembali: ”Apa yang paling ku khawatirkan di dalam hidupku?”