Sunday, May 13, 2012

Anti Mall Tour Part 3: Chinatown Tour – Glodok Pecinan, Jakarta

What’s up guys?? Well, kali ini Domci alias Domski sebagai Penulis akan menceritakan perjalanan anti mall tour kita, yaitu suatu program yang didesain khusus buat anak-anak alias barudak kalo orang Bandung bilang ato arek-arek kalo orang Suroboyo yang sedangJamila. Apaan tuh “Jamila”? ingat ya, Jamila bukan Jameela (emang Mulan, wkwkkw). So, sejak beberapa minggu yang lalu Domci udah cerita tentang tekad kita menikmati Jakarta dengan cara kita sendiri yang unik dengan mengusung konsep anti mall tour alias jalan-jalan yang bukan ke mall. Target dari konsep ini adalah menghilangkan stigma orang-orang Indonesia yaitu kalo jalan-jalan di Jakarta kudu ke mall. Dan kita sukses dalam 2 perjalanan terakhir, dan ini pula yang menjadi alasan untuk tetap melanjutkan di di Part 3.

Dari Sosialita menjadi Jamila @ Kantin BSM Thamrin
Oh ya, Domci lupa menjelaskan arti Jamila tadi ye. Baiklah, Jamila adalah singkatan dari “Jatuh Miskin Lagi”, ingat Jamila bukan Jameela apalagi Jamidong. Kok bisa? Jadi gaji kita kan sekitar 15an gitu, maksudnya tanggal 15an udah mulai sekarat alias jatuh miskin lagi. Nah, kebetulan bentar lagi tanggal 15 dan kita sudah siap2 dengan fenomena jamila. Hehehe. So, kali ini kita putuskan menjelajahi Pecinan. Ingat, "Pecinan", bukan Pecinaan apalagi pecintaan, yang terletak di kota Jakarta. Hmm, ada yang lupa. Kali ini kita berangkat sebanyak 7 orang, ada Mbok Des si Cameroon Diaz, Ummi STC (Si Terlalu Cacat) yang adalah ketua perkumpulan cacat, Mbak Rika Putri Gresik, Harto si Manusia Jangkung, Penulis sendiri yang adalah paling ganteng dan paling baik, yang semuanya member tetap dari tour ini serta bagian dari perkumpulan Jamila sejagad, dan ada 2 tamu istimewa, Mas Seto temen SMA si Ummi STC, dan Mas Anjas yang sepanjang perjalanan di godain terus sama kita2. Hehehe….

Where?

Pecinan Jakarta (Jakarta’s Chinatown) terletak di daerah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat (West Jakarta & Central Java), dengan lokasi Pecenongan, Gajah Mada, Hayam Uruk, Glodok, sampai Kota. Kali ini kita hanya akan ke Glodok. Nama Glodok sendiri dipercaya berasal dari kata Grojok suara air dari penampungan kali. Lama kelamaan kata ’grojok’ kemudian biasa diucapkan warga dengan lafal cadel menjadi ’glodok’. Masih ada beberapa versi lain mengenai asal usul nama Glodok.

What?

Glodok dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik di Jakarta dan sudah dikenal sejak jaman dahulu kala. Saking kesohornya, Glodok bahkan disebut-sebut sebagai pusat penjualan elektronik terbesar di Asia Tenggara. Bagi Indonesia, Glodok adalah pusat perdagangan elektronik terbesar dan tersibuk. Pecinan dikenal dengan dengan bentuk bangunan yang unik dan pusat bermukimnya etnis Tionghoa.

How to get there?

Menanti bus di Halte Busway
Yeah..yeah…sabar dong bu. Ada banyak alternatif menuju kesana. Ada bis, angkot, busway dan kereta listrik (commuter line). Masalahnya pembaca tempat tinggalnya dimana atau berangkat dari mana? Asumsi kita kalo naik busway, start dari Harmoni ya. Kenapa Harmoni? Soalnya hampir semua koridor berkumpul disana, misalnya Pulo Gadung-Harmoni, Kali Deres-Pasar Baru, Blok M-Kota, Harmoni-Ancol, Harmoni-PGC, de el el. So, kalo mau ke Glodok, dari Harmoni langsung aja nebeng busway (jangan lupa beli tiket Rp 3.500) merah alias Jurusan Blok M-Kota arah ke Kota. Berhenti di halte Glodok, terus jalan kira2 100m ke Pasar Glodok. Nah, start dari samping pasar Glodok (Jalan Pancoran) udah termasuk Pecinan. Nah kalo naik KRL (ongkosnya rata-rata Rp 6.000), ada banyak tuh yang penting menuju arah Stasiun Kota. Dari sana bisa naik busway ke halte Glodok. Ada juga beberapa bis dan angkot yang langsung ke Glodok. Pokoknya tanya2 aja deh, Glodok itu udah legendaris di Jakarta. Hehehe..

What we get there?

Nah, ini dia paling penting. Jangan sampe udah cape2 dan desak2an naik busway dan KRL, trus gak tau mau ngapain disana. Terus orang neriakin: KAMSEUPAY!! Kesel banget kan… Cekidot & sedot gan...

Gang Gloria

Menunggu Makanan @ Gang Gloria
Target pertama adalah Gang Gloria? Why? Coz tim udah gak sarapan dan sangat kelaparan, maka target pertama adalah wisata kuliner di Gang Gloria. Disebut Gang Gloria karena dulu disana ada toko Gloria yang sangat terkenal, tetapi sudah terbakar habis. Nah, di Gang Gloria ini ada banyak yang layak untuk dicoba. Note: buat yang Muslim, wajib tanya dulu ya, halal atau tidak. Para penjual akan dengan senang hati memberi tahu mana makanan yang halal dan mana yang mengandung babi ato pork. Hehehe..
Makanan yang wajib di coba yaitu Mie Kangkung si Jangkung (@Rp 20.000), Rujak Juhi (brape ye, lupa euy), terus Nasi Ayam Tim Obat, ada juga Ngo Hiong (mengandung babi @ Rp 15.000), Gado-Gado Direksi, Lo Mie, Nasi Hainam dan masih banyak lagi. Sedangkan minuman yang wajib di coba yaitu Liang Teh, Es Kopi Tak Kie (yang konon sudah berumur 100 tahun lebih).

Pasar Petak Sembilan

Crew @ Pasar Petak Sembilan
Pasar Petak Sembilan terletak di Jalan Kemenangan III menawarkan berbagai pernak-pernik Imlek. Dibandingkan dengan pasar tradisional, pasar ini memang lebih terasa nuansa orientalnya dengan berbagai hiasan lampion dan pernak-pernik merah. Jalan-jalan ke Petak Sembilan juga menyajikan pemandangan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Cina. Memang sedikit becek dan padat, tetapi itu semua akan terbayar lunas ketika Anda menyusuri daerah ini.

Klenteng Toa Se Bio

Domci, Ummi & Rika @ Toa Se Bio
Secara harafiah, Toa Se Bio berarti ‘kelenteng utusan’. Memang, pada abad ke-15, seorang utusan Raja Cheng Goan Cheng Kun dari China Selatan pernah datang ke Glodok untuk bersilaturahmi dengan pengurus Kelenteng Cheng Goan Cheng Kun. Pendiri kelenteng ini adalah seorang pedagang yang berniaga di Pasar Glodok. Tampaknya, ia seorang pengagum atau pengikut Raja Cheng Goan Cheng Kun. Oleh karena itu, untuk mengingat sang raja, ia mendirikan kelenteng dengan nama tersebut. Belakangan, nama Toa Se Bio lebih dikenal ketimbang nama Cheng Goan Cheng Kun, karena Toa Se Bio lebih mudah diingat ketimbang Cheng Goan Cheng Kun. Salah satu keistimewaan kelenteng ini adalah sangat manjur untuk bersumpah.
Yang kami lakukan selain berfoto adalah, salah seorang teman kami penganut Hindu, Mbok Des, melakukan sembahyang kepada 17 dewa di Klenteng ini. Lain halnya dengan Ummi, desperado dengan jodoh, maka dia meramal jodohnya di depan salah satu dewa. Hasilnya adalah jodohnya terlambat dan salah satu temennya adalah pengagum dia dan cocok dengan dia. Dan korbannya adalah Harto si Manusia Jangkung (emang cuma mie kangkung aja yang jangkung, wkkwkw).

Gereja Katolik Santa Maria de Fatima

Domci @ Gereja Santa Maria de Fatima
Gereja Santa Maria disebut juga Gereja Toasebio, terletak di Jalan yang sama dengan Klenteng Toa Se Bio, di Jalan Kemenangan III. Nama Santa Maria de Fatima sendiri diambil dari peristiwa penampakan Bunda Maria kepada tiga gembala di Fatima, Portugal. Bangunan ini awalnya adalah rumah milik seorang Kapitan yang kerap disapa Kapitan Tjioe dan dibangun kira-kira pada awal abad  ke-19, dilindungi sebagai benda cagar budaya. Selain berfoto di depan gereja, kami juga menyempatkan diri masuk ke dalam gereja. Nuansa klenteng juga terasa sangat kental di dalam gereja. Di luar gereja terdapat juga Patung Bunda Maria.

Buddhist Temple - Jin de Yuan

Domci @ Jin de Yuan
Tujuan terakhir kami adalah Kelenteng Jin de Yuan. Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada tahun 1650. Tahun 1740, kelenteng ini terbakar. Baru pada tahun 1755 membangun kembali Jin De Yuan atau Kim Tek Le yang berarti Kelenteng Kebajikan Emas
Sama seperti di Toa Sai Bio, banyak juga umat yang sedang berdoa. Namun di sini jumlahnya lebih banyak. Dikarenakan juga altar yang sangat banyak, sebagian besar hasil dari sumbangan umat. Tak lupa lilin-lilin besar yang biasa disebut lilin panjang umur yang bisa bertahan menyala selama berbulan-bulan. Di sini asap dupanya sangat pekat sehingga membuat mata menjadi perih. Sehingga pengurus kelenteng biasanya menggunakan kacamata renang untuk mengatasinya. Setelah puas melihat klenteng ini, kami pun ke Giant Lindeteves Trade Center, belanjan bulanan dan pulang....


No comments: