Dare to live until the very last. Dare to live forget about the past. Dare to live giving something of yourself to others, even when it seems there's nothing more left to give.
Wednesday, April 09, 2008
Belajar dari Kegagalan
Apakah namanya kegagalan dan apakah parameter yang menjadi ukuran kegagalan? Mungkin pertanyaan itu sudah terjawab kini bagiku. Menurut pendapat Penulis, ada tiga kegagalan yang paling banyak menyita perhatian seorang manusia seperti aku. Akhir-akhir ini aku merasa semakin banyak mencapai kegagalan di bidang akademis demikian juga di bidang pertumbuhan iman dan tak ketinggalan di bidang finansial. Kalau aku bertanya pada seorang motivator mungkin jawabannya "Kamu kurang bersemangat dalam mencapai cita-citamu." Lain lagi kalau aku bertanya kepada seorang rohaniwan, mungkin dia akan menjawab "Kamu kurang mendekatkan diri pada Tuhan dan menyerahkan segala permasalahanmu pada-Nya." Kalau aku bertanya seorang anak kost yang sama seperti aku, mungkin dia akan berkata "Kamu kurang berhemat dalan mengelola keuangan."
Meskipun aku bingung apakah jawaban mereka benar atau tidak, tapi aku pun setuju dengan mereka. Karena memang secara logika jawaban mereka dapat dipertanggungjawabkan. Tapi, aku juga berpikir selain hal-hal tersebut diatas, apakah masih ada faktor-faktor lain? Mungkin aku terlalu menghayal atau terlalu merasa tertekan. Tapi ada satu hal yang aku mau pelajari dari sini dan mudah-mudahan bermanfaat bagiku.
Kegagalan Prestasi
Banyak orang berkata kepadaku "Kamu anaknya pintar dan rajin." Tapi siapakah yang tahu kenyataan sesungguhnya? Memang aku masih bersyukur selama ini, nilai akademisku dan tingkat kerajinanmu masih bagus. Tapi belakangan ini aku merasa sangat kendur dan semakin banyak mengalami kegagalan. Diantaranya nilai-nilai kuliahku mengalami penurunan drastis bahkan hampir sama dengan orang yang aku anggap biasa-biasa selama ini. Lalu dimana kata-kata orang yang aku sukses di bidang akademis? Memang sih masih perlu disyukuri bahwa kegagalanku tidaklah separah atau masih dalam batas yang wajar. Tapi bagaimana dengan pertanggungjawaban pribadiku?
Mungkin aku hanya ingin berbagi dan bercerita. Belajarlah dari kegagalan. Mudah-mudahan kegagalan hanya sekali sehingga tugas kita tidak hanya belajar terus. Karena kalau belajar terus, kapan menikmati keberhasilan? Kalau keberhasilan menghampiri dan kita bersenang hati serta berbangga hati apakh salah? Mungkin iya mungkin tidak. Sekali lagi, belajarlah dari kegagalan. Dalam semester II-III aku sudah mendapat beberapa nilai yang kurang baik. Diantaranya Hukum Agraria, Pendidikan Kewarganegaraan, Terminologi Hukum, Hukum Perikatan, dan Hukum Ekonomi, Hukum Administrasi Negara. Sementara itu, masih ada banyak mata kuliah yang belum keluar nilainya. Ya, Tuhan, mudah-mudahan dapat nilai bagus. Amin...
Kegagalan Pertumbuhan Rohani
Manusia, dari suku dan bangsa manapun selalu merasa kekosongan jiwanya meskipun semua kebutuhan hidup sudah terpenuhi. Itulah hakikat manusia sebagai mahluk ciptaan. Bentuk kerinduan manusia terhadap sesuatu yang layak disembah dan dimintai pertolongan ada macam-macam. Mulai dari agama-agama besar yang kita kenal sampai kepada bentuk penyembahan yang paling sederhana. Aku sendiri bingung, kenapa manusia harus mengisi kekosongan itu. Kenapa kekosongan itu tidak dibiarkan terbuka saja.
Semakin dalam kekosongan itu semakin tersiksa hati dan nurani seorang manusia. Mungkin itulah yang kurasakan sekarang. Aku merasa beribadah, aku merasa melayani Dia, tapi jumlah dan kualitasnya tidak sebanding dengan kekosongan yang kurasakan. Semakin dalam kekosongan itu, aku semakin merasa susah mendekat dengan Dia. Mungkin itulah hakikat manusia berdosa. Orang melihat orang lain rajin beribadah, tetapi iman yang sesungguhnya, siapakah yang tahu? Tidak seorangpun.
Kegagalan pertumbuhan rohani mengakibatkan kegagalan perkembangan mental. Mungkin orang berpendapat itu kurang benar. Tapi, aku mau menegaskan itulah kebenaran yang tak terbantahkan. Banyak orang beragama tapi tidak beriman. Contohnya adalah bagi mereka-mereka yang merasa beragama, tapi dengan tega dan sadis melakukan penganiayaan, sweeping, sampai pembunuhan dengan alasan menjaga keluhuran agama. Apakah yang kita jaga keluhuran agama atau keluhuran iman? Biarlah kita sendiri yang menjawabnya.
Kegagalan Finansial
Bagi kaum modern, ekonomi dan hukum harus diseimbangkan. Bagi kaum konservatif, ekonomi dan rohani harus diseimbangkan. Terlepas dari aku golongan yang mana, tapi yang terpenting bagi aku sebagai seorang manusia, ekonomi dan rohani haruslah seimbang. Banyak orang beragama tapi tidak mempunyai uang. Banyak orang kaya raya tapi tidak beragama. Efeknya sudah dapat kita pikirkan. Bagi sebagian orang, penyebab utama kegagalan finansial adalah cara pengelolaan keuangan yang tidak baik. Yang menjadi pertanyaan, apakah kalau keuangan tidak ada dapat dikelola? Tentu tidak!
Belajar dari kegagalan. Seorang anak kost seperti saya harus bisa memberhasilkan kegagalan finansial. Tapi bagaimana caranya? Itulah tugas rumah bagiku. Yang terpenting, gagal finansial tidak harus membuat seseorang menjadi kalang kabut. Lihat saja burung-burung di udara, yang tidak pernah menanam dan tidak pernah menabur, tapi dapat menuai dan makan. Apakah ada yang memelihara mereka. Tentu saja, Pencipta-Nya, adalah pemeliharanya.
Belajarlah dari kegagalan!!
Labels:
Belajar dari Kegagalan,
Finansial,
Kegagalan,
Prestasi,
Rohani
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
oiii tim sukses
Post a Comment