Berangkat Kewiraan
Ini adalah salah satu program yang
paling ditakuti dan tak akan pernah dilupakan oleh siapapun dalam kehidupannya
para peserta BPS Pertamina Tahun 2011 Batch I. KEWIRAAN. Yaitu suatu program
pendidikan semi militer yang bertujuan untuk memberikan pembinaan mental, disiplin
dan keterampilan kepada para peserta agar dapat menghadapi rintangan baik
rintangan alam maupun rintangan buatan. Nama resminya adalah Kursus Pembinaan Mental,
Disiplin dan Keterampilan, disingkat Susbintal, diselenggarakan atas kerja sama
Pertamina dengan Performind Consultant dan Kodam III/Siliwangi. Program ini
diselenggarakan dari tanggal 19 September 2011 – 15 Oktober 2011 atau lebih
tepatnya 27 hari, di Sekolah Calon Tamtama Resimen Induk Militer III/Siliwangi
(Secata Rindam III/Siliwangi), Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Pagi hari tanggal 19/09/2011 adalah
awal peristiwa ini. Kami dibagi dalam beberapa kelompok, kemudian diangkut
dengan truk militer dari Simprug ke Pangalengan melewati jalan tol Cipularang
dengan pengawalan ketat OPM. Sekitar 5 jam kemudian, tibalah kami di Lapangan
Keras Secata. Penulis lebih suka menyebutnya Lapangan Kekerasan karena
disinilah dimulainya kekerasan itu (hahahha, agak lebay dikit boleh lah ya).
Dipaksa turun dengan segera dari truk kemudian berbaris dan selang beberapa
menit kemudian digiring ke Kantor Komando Latihan (Kolat) dan mendapat pembagian
peleton dan barak. Kemudian mendapat pembagian keperluan selama kewiraan yang
jumlahnya sangat banyak. Pakaian Dinas Lapangan (PDL) 2 pasang beserta
perlengkapannya, sepatu PDL 1 pasang dan kaos kaki beberapa pasang, peralatan
mandi, semir sepatu & sikatnya, sandal jepit, ponco/jas hujan, ransel
militer, perangkat berbivak/berkemah, dll yang harus kita jaga agar jangan
sampai ada yang hilang. Kalo hilang……saya ngeri membayangkan hukumannya.
Eksekusi Pembotakan Kepala
Setelah memeriksa semua barang yang
kita terima lengkap sudah, maka selanjutnya adalah eksekusi kepala yaitu
pembotakan kepala hingga bener-bener botak. Ini sangat menyebalkan!! Setelah
itu, kita diberikan kesempatan untuk mandi sekitar 15 menit dan kemudian
berbaris menuju ruang makan. Penulis lebih suka menyebutnya Ruang Penyiksaan
karena setiap kali mau makan atau makan, semua peserta harus merasa tersiksa
dulu. Setelah selesai makan maka ada pembagian peralatan makan yaitu sendok
makan & gelas. Tidak cukup sampai disitu saja, sesudah makan kita belum
bisa istirahat sampai adanya apel malam (mulainya jam 9) yang pastinya akan
memakan waktu sekitar 1 jam
Malam Pertama
Sesudah apel malam, maka kita pun
diperbolehkan tidur. Pada malam itu adalah tidur pertama yang paling sengsara
dalam seumur hidupku. Tidur di dalam satu barak (terdiri dari 30 orang atau
lebih), dengan kasur yang tipis dan lapuk diatas ranjang kayu yang keras dan papan
penopangnya jarang-jarang. Dengan selimut yang tipis serta dekat dengan jendela
yang mana angin malam bisa saja bertiup, di tengah dinginnya udara di
Pangalengan, maka tidur pada malam hari adalah kegiatan yang menyiksa juga.
Hari berikutnya adalah menyetor barang-barang yang tidak diperlukan selama
kewiraan termasuk handphone. Maka lengkap sudah penderitaan ini, tidak ada
handphone, tidak ada televisi, terputuslah hubungan dengan dunia luar. Bahkan
Penulis sendiri tidak tahu kalo Steve Job sudah meninggal dunia. Hahahaha….
Hari kedua sampai hari keempat,
yang kami lakukan adalah mempersiapkan Upacara Pembukaan Susbintal BPS
Pertamina di Secata Rindam III/Siliwangi sesekali diselingi acara dari
Performind. Kegiatan kami sehari-hari adalah monoton, yaitu bangun sekitar jam
3.30 di pagi hari, mandi dan kemudian mengikuti sholat di masjid (yang Non-Muslim
wajib menunggu di depan masjid), kemudian pembinaan fisik (binsik) pagi di
Lapangan Kekerasan, kemudian makan pagi, dan latihan baris berbaris sepanjang
hari. Semuanya harus dilakukan secara bersama-sama yaitu per peleton. Pada sore
hari sekitar jam 5 kita waktunya pembersihan diri dan barak, jam 5.30 sore
berkumpul kembali untuk sholat ke mesjid kemudian makan malam. Pada malam hari,
ada kegiatan apel malam kemudian tidur sekitar jam 10 malam dengan kondisi yang
sangat melelahkan. Eits jangan lupa sebelum tidur, perlengkapan buat besok kudu
dipersiapkan, sepatu PDL harus disemir mengkilap.
Menu Makan di Secata Rindam III |
Pada hari ke-empat, maka upacara
pembukaan pun berlangsung. Inspektur Upacara adalah Panglima Kodam III
Siliwangi, Mayor Jenderal TNI M. Munir dengan Komandan Upacara adalah Wakil
Komandan Latihan (Wadanlat), Suryono (pangkatnya apa ya, maaf lupa pelatih,
hehehe). Upacara ini juga dihadiri pimpinan PLC, dosen pembimbing dan beberapa
perwira dari Kodam III.
Hari Minggu
Pertama
Karena Penulis dan 32 peserta
lainnya adalah beragama Kristen/Katolik, maka hari Minggu adalah hari
perhentian dan kita harus ke rumah Tuhan. Setelah bernegosiasi panjang dengan
Letda Lukas akhirnya kita mendapat izin untuk ke gereja di luar komplek Secata.
Tapi dengan syarat, harus berbaris rapi dan tetap dengan seragam & sepatu PDL.
Waduh??? Setelah turun lembah - naik bukit - menyebrang jalan, akhirnya kita sampai
dan beribadah di Gereja Kristen Pasundan, Pangalengan. Hal ini tentu saja
menarik perhatian jemaat lainnya, maka kami diminta untuk memberikan penjelasan
yang diwakili oleh Penulis. Ada hal yang sangat menarik saat itu, yaitu karena
kelelahan yang tiada tara selama 1 minggu, maka hampir semua dari kita,
termasuk Letda Lukas tertidur pada saat khotbah. Hahaha, bahkan Penulis tidak menyadari
kalo kantong persembahan sudah lewat dari hadapan saya. Hahahhahha……..Wwkwkwkkwk……..
Melihat dunia luar adalah suatu kebahagian tersendiri pada
saat itu. Sepulangnya dari gereja, kita berpikir akan ada istirahat, tetapi
ternyata tidak ada bedanya hari Minggu atau hari biasa, binsik lagi sebelum
makan siang. Huhuhuhu…….
Minggu
Kedua
Minggu kedua diisi dengan rangkaian
kegiatan yang sangat membosankan dan melelahkan. Setiap hari ada materi kelas
(baik pagi maupun siang hari) diselingi dengan kegiatan fisik (baik pagi,
siang, ataupun malam hari). Akibatnya adalah mayoritas peserta tertidur saat
mengikuti kegiatan kelas. Setiap hari juga ada ujian atas materi yang telah
diterima sehari sebelumnya. Mencontek pada saat ujian adalah perbuatan yang
sangat dilarang di sini. Akan tetapi, bekerja sama adalah perbuatan yang
diperbolehkan. Lucu sekali, apa bedanya ya… sekalipun lelah sekali, Penulis
tetap berusaha belajar dan membantu teman-teman pada saat ujian. Dan bahkan
pada saat kegiatan belajar, sering sekali yang masih terbangun hanya Penulis
dan beberapa teman saja (bisa dihitung dengan jari). Mengapa perlu ditegaskan
disini mengenai kondisi ini? Pada akhir cerita ini akan Penulis jelaskan
alasannya. Hehehehe…
Materi-materi yang kami terima
antara lain Kewarganegaraan, Peraturan Penghormatan Militer (PPM), Peraturan
Baris Berbaris (PBB), Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), Pengetahuan
Dasar Pengamanan (Pengsarpam), Kepemimpinan, Survival, Tali-temali, dll.
Beberapa diantaranya ada praktiknya. Kalau menurut Penulis sendiri sih,
kebanyakan materi yang diberikan kurang menarik (terutama karena metode
mengajar para guru militer dan kelelahan fisik para peserta) dan kurang
aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Pesiar & Minggu Ketiga
Sebelum memasuki minggu ketiga,
para peserta diberikan kesempatan untuk pesiar ke Bandung yaitu pada hari
Minggu, 02/10/2011, diangkut dengan truk militer dan seragam PDL. Hal yang
pertama saya dan beberapa teman lakukan adalah ibadah, kita terbagi di dua
tempat yaitu GII Dago dan Gereja Katedral Bandung. Sesudah itu yang kita
lakukan adalah membeli perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan untuk latihan
beregu karena hanya inilah kesempatan keluar dari lokasi. Hahahaha, mencium
aroma kebebasan itu indah sekali, meskipun hanya sebentar. Kemudian kami
diangkut kembali ke Secata.
Minggu Ketiga diisi dengan berbagai
persiapan menghadapi Latihan Beregu, mulai dari pengetahuan membuat
bivak/kemah, memasak dengan misting, membaca peta & kompas, latihan fisik
sampai latihan mountaineering. Pada
saat itu, puluhan teman-teman mulai jatuh sakit bertambah jumlahnya yang
dimulai sejak minggu kedua dengan berbagai macam penyakit, kebanyakan adalah
sakit batuk karena kekeringan yang melanda Pangalengan dan kita terpaksa
menghirup debu setiap saat dan makanan yang kurang higienis. Penulis sendiri
menderita batuk sejak minggu ketiga hingga 1 bulan kemudian sesudah kembali ke
PLC yang membuat dada sakit banget. Selain itu, cacar air adalah penyakit yang
menyebar luas juga pada saat itu. Dan pada minggu ketiga inilah titik kejenuhan
tertinggi melanda para peserta susbintal semua. Namun bersyukur karena kegiatan
di dalam kelas sudah tidak ada, sehingga kebanyakan adalah kegiatan fisik di
lapangan untuk membentuk fisik yang kuat menghadapi latihan beregu di luar
komplek secata.
Latihan Beregu
1st Day, Friday, 7th Oct 2011 : Long March/ HanMars
Latihan beregu dimulai pada hari
Jumat, 7 Oktober 2011 di Lapangan Hijau Secata. Semua peserta dibagi dalam
beberapa kelompok dengan nama-nama kelompok binatang, kelompok Penulis adalah
Kelompok Gajah. Kita diberikan peta dan kompas kemudian yang sudah menemukan
koordinat bisa bergerak maju. Dengan ransel militer untuk persediaan 4 hari
berbivak mungkin seberat 10-15 kg di pundak, kita pun bergerak menuju target
operasi sejauh ± 5 km dengan berjalan kaki. Perjalanan terus mendaki menuju
Situ Pangalengan yang ada diatas perbukitan dan untuk mengusir kecapean,
dongkol dihati, atau apapun namanya, Penulis menjadi radio berjalan agar
teman-teman satu grup tetap semangat. Hasilnya pun sangat luar biasa, kelompok
Penulis yang kloter ke-13 akhirnya tiba di tujuan sebagai kelompok ke-2 yang
paling cepat sampainya. Kami mengalahkan 11 kelompok yang kloternya di depan
kami. Wow…..!! Sesampainya disana, hal pertama yang kami lakukan adalah
peregangan otot2, kemudian membangun bivak, memasak, kemudian apel malam dan
tidur.
2nd Day, Saturday, 8th Oct 2011 : Menyeberang Danau
& Caraka Malam
Besoknya, pagi2 sekali kami harus
sudah bangun, memasak dan membongkar bivak serta membersihkan sector bivak
hingga tidak ada jejak sama sekali. Selama masak di Pangalengan ini, hal yang
terjadi adalah nasi selalu setengah matang karena adanya miskomunikasi mengenai
ketersediaan bahan bakar. Untungnya tidak sakit perut ya..
Kegiatan diawali dengan apel pagi,
sesudah itu mengikuti briefing session dan mengambil perlengkapan untuk membuat
rakit dari ban bekas untuk menyeberangi Situ Pangalengan. Sesudah rakit selesai
dibuat, tibalah saatnya masing-masing tim meluncurkan rakit dan mendayung
hingga ke seberang danau. Mungkin panjang lintasan ± 2 km. Setibanya
diseberang, Penulis sebagai ketua grup merebut bendera dan kembali ke rakit
untuk menyeberangi danau kembali. Cukup melelahkan, tapi seru sekali. Sebagai
informasi, air di Situ Pangalengan sama sekali tidak jernih, tetapi kotor dan
bau seperti air got. Hueks..…..
Sebelum kegiatan ini berakhir, kita
semua sudah diguyur hujan deras sehingga kita semua basah kuyup. Akan tetapi
penderitaan belum berakhir disitu saja, TIDAK ADA PERSEDIAAN AIR BERSIH untuk
membilas badan. WTF!! Dan kamar mandi untuk berganti pakaian saja sempat
dikunci sama pemilik karena tidak ada air sementara beberapa temen pergi buang
air kesana. WTF2!! Dan tentu saja penderitaan terakhir adalah, malam
ini akan ada CARAKA MALAM! So, tidak akan ada istirahat! WTF3!!
Caraka malam dimulai sekitar pukul
8 malam, Penulis dan tim adalah kloter ke-2 sehingga aura ngeri, seram dan
mencekam belum terasa. Meskipun demikian salah satu temen Penulis menjerit pada
saat dikagetkan ditengah semak-semak. Posko-posko yang harus dilewati adalah
Posko Caraka (menghapalkan pesan/caraka yang akan kita sampaikan), Posko
Racikan (mencium beberapa aroma bumbu dan menebaknya), Posko Rabaan (meraba
ember dan menebak isinya), Posko Gangguan (melewati kuburan dan menandatangani
kehadiran disana), dan Posko Laporan (menyampaikan pesan atau caraka yang kita
bawa). Melewati kuburan itu adalah posko yang paling mengerikan, kuburan asli
ditambah ada kemenyan yang dibakar dan dipasangi beberapa “potong” pocong,
serta dikagetin oleh para pelatih. Setelah itu, kegiatan yang paling menyiksa
adalah menunggu 45 tim berikutnya sampai di tujuan. Kita hanya duduk2 di
lapangan terbuka yang tanahnya basah pasca hujan deras, kedinginan, kelelahan
dan tidak bisa tertidur. Sekitar pukul 01 dini hari, akhirnya semua peserta
sudah kembali ke tempat berkumpul. Apel malam dan kemudian peserta boleh tidur
sekitar jam 02.30 dini hari.
3rd Day, Sunday, 9th Oct 2011 : Mountaineering
Penulis pada malam itu dapat
giliran jaga malam, alhasil Penulis tidak bisa tidur. Akhirnya jam 4 pagi,
Penulis langsung masak nasi membangun temen2 satu Peleton dan membongkar bivak.
Akibat kelelahan yang sangat, peleton lainnya belum ada yang bangun pedahal
sudah jam 5.30. Hal ini membuat para Pelatih marah besar, akhirnya semua
pelatih mendatangi lokasi bivak membawa senjata M-16. Senjata pun ditembakkan
ke udara berkali-kali untuk membangunkan kita semua.
Sesudah apel pagi, perjalanan
selanjutnya adalah the real mountaineering. Berkumpul di area Situ Pangalengan,
menunggu giliran, kemudian berangkat menyusuri sungai. Tantangan pertama adalah
Naik Togel. Berikutnya adalah P3K. Selanjutnya adalah Jaring Mendarat, kemudian
dilanjutkan dengan Turun Hesti, melewati Jembatan Tali Dua, dan terakhir adalah
Meluncur dengan tali dari ketinggian. Semuanya bisa dilewati dengan mudah,
tidak sesulit yang dibayangkan.
Sore harinya membangun bivak dan
ini adalah salah satu penderitaan terhebat juga. Peleton Penulis mendapat
lokasi bivak yang paling tidak ideal. Lahannya miring dan ditumbuhi semak-semak
lebat. Akhirnya setelah membangun bivak, Penulis dan temen satu bivak (Malik
& Faisal) menaburkan garam dalam jumlah besar di sekeliling bivak, mencegah
masuknya aneka jenis binatang ke bivak. Tidak cukup sampai disana, lahan yang
miring membuat kita tidak bisa tidur sama sekali.
Malam Renungan
Kelelahan mountaineering seharian
ditambah bivak yang tidak nyaman ternyata belum cukup. Sekitar pukul 11.30
malam, saat semua sudah mulai lelap karena sejak pukul 9 malam sudah tidak
diperbolehkan ada cahaya dari lokasi bivak, kita dikagetkan dengan suara
ledakan bom disusul bunyi rentetan senjata. Benar-benar seperti lagi perang.
Ini pertanda bahaya! Semua harus keluar dari bivak dan tiarap. Setelah tiarap
kita disuruh merangkak, berguling, berlari hingga ke area yang ditentukan.
Setelah itu, lilin yang sudah kita bawa kalau ada tanda bahaya, dinyalakan,
kemudian kita mendengarkan wejangan2 atau renungan yang menurut Penulis hanya
beberapa dari peserta yang masih ingat apa isi renungan tersebut. Maklum saja,
kita kelelahan luar biasa, sejak 3 hari terakhir, belum pernah mandi sejak 3
hari terakhir, bahkan lebih parah, ada yang belum pernah buang air besar sama
sekali (tidak mau dengan cara “dolbon” alias “dodol kebon”).
Wkwkwkw…..hahahaha…...pasti bingung kan dengan dolbon. Sekitar lewat jam 2
pagi, mungkin, akhirnya kita kembali ke bivak dan tidur sejenak.
4th Day, 10th Oct 2011: Long March/Hanmars
Bangun seperti jam biasa, dan
siap-siap untuk perjalanan pulang sejauh ± 7 km, disebut hanmars. Berbaris
sesuai peleton dan diberangkatkan untuk dinilai kecepatan masing2 peserta
sampai ditujuan. Kebetulan salah satu teman peleton saya (Mas Warih), kakinya
sakit akibat kewiraan, jadinya saya berjanji akan menemaninya sepanjang
perjalanan sekalipun akan tiba sebagai peserta terakhir (so sweet…). Saya mulai bosan dengan kewiraan, jadi hanmars kali ini
ingin saya nikmati saja, bukan mengejar nilai.
Masalah terjadi ketika di pos
ketiga kita dikumpulkan untuk mendapat logistic dan ketika dihitung, ada 3
temen kami yang menghilang. Setelah ditunggu tidak muncul2 juga, akhirnya
dicari dan dijemput dengan motor. Akibat kelalaian 3 teman kami yg tidak melapor
ketika beristirahat di suatu tempat yang tidak diperbolehkan, perjalanan sempat
kacau.
Minggu keempat diisi dengan
persiapan upacara penutupan Susbintal BPS Pertamina 2011. Loading latihan sudah
sangat berkurang karena masing-masing peserta harus focus mengikuti latihan
keterampilan. Adapun keterampilan yang akan ditampilkan adalah Kolone Senjata,
Bongkar Pasang Senjata, Bongkar Pasang Tenda (disini Penulis ikut terlibat),
P3K, meluncur dari ketinggian, Pertarungan Bebas dan Seni Bela Diri “Yong Modo”,
dll.
Penulis dengan Latar Belakang tenda |
Pada saat latihan ini, Tim Penulis
di bongkar pasang tenda sering mengalami runtuh motivasi. Akan tetapi, pada
saat upacara penutupan, Sabtu 15 Oktober 2011, tim tenda bekerja dengan baik.
Malam sebelum perpisahan, rapor kita dibagikan. And guess what??? Penulis
mendapat peringkat 213 dari 392 peserta, WTF!!! Ini adalah peringkat terburuk
sepanjang hidup Penulis dan saya merasa sudah cukup berusaha selama kewiraan
baik selama belajar di kelas maupun di lapangan. Temen-temen satu peleton sama
Penulis tidak percaya, but this is real!!
Tapi sudahlah, kan motto disini: “Don’t
complain!!” Complain hanya dapat diterima 10 hari kemudian!! WTH!!
Bersama Para Pelatih |
Upacara penutupan dilakukan secara
militer (ya iyalah, kita kan dilatih dan berada di lokasi militer). Semuanya
berjalan dengan baik dan para hadirin berdecak kagum saat peserta Susbintal
memamerkan keterampilan yang sudah dilatih. Sesudah upacara penutupan, senyum
merekah luar biasa di wajah para peserta bahkan ketika diharuskan menampilkan
yel yel, semangat yang ditampilkan luar biasa sekali (namanya juga udah mau
pulang). Kita kemudian makan siang dan mendapat pengarahan sesudah itu, ACARA
HIBURAN! Hiburannya apa?? DANGDUT IS MUSIC MY COUNTRY!! Yeah….!! Seakan
semuanya sudah tersihir, tidak ada lagi pembedaan antara para pelatih dan
peserta, kami semua bergoyang ria dengan sangat dahsyatnya. Kemudian ditutup
dengan cara foto bersama, packing barang dan go home (coz di PLC feels like
home).
Makna Kewiraan Bagi Saya:
1. Belajar Hidup Disiplin
2. Belajar Bersyukur atas Segala Hal
3. Belajar Korsa (Kebersamaan)
4. Belajar Berjuang
4. Menghargai TNI sebagai garda terdepan pelindung NKRI
3 comments:
Kewiraannya sebulan ya kak? cewek juga ada?
Iya, sebulan atau tepatnya 27 hari. Cowo ato cewe sama saja, yang cewe dilatih sama KOWAD (Komando Wanita AD)..
mau tanya kapan saatnya para siswa itu di siksa?
Post a Comment