Sesuai janji Penulis, kali ini Penulis akan melanjutkan tentang bagaimana menikmati Jakarta dengan cara yang unik, murah dan menyenangkan. Kami menyebutnya Anti Mall Tour Movement!! Wuidih, mantap gile, kaya pergerakan ape aje (kata orang Betawi). Dan kebetulan sekali, kali ini, Penulis dan rombongan akan mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kali ini rombongan kita berkurang satu, yaitu si Nenek Garing (ex Nenek Rambut Palsu), hihihi..
How to get there?
Pertanyaan wajib buat pembaca! Bagaimana cara mencapai kesana?? Ada beberapa alternatif:
Bus
Dari Terminal Blok M (pasti tahu kan menuju Blok M), naik Kopaja S616 bayar ongkos Rp 2000, berhenti di pintu gerbang Setu Babakan, langsung masuk aja cuy (free entrance)..
KRL
Dari Gambir (atau stasiun yang dilewati KRL Jurusan Jakarta Kota-Bogor diantaranya Juanda, Gondangdia, Cikini, Manggarai, Kalibata, Pasar Minggu, Lenteng Agung), naik KRL bayar ongkos Rp 6000, berhenti di Stasiun Tanjung Barat, lalu nyambung dengan Kopaja S616, bayar ongkos Rp 2000 (ini lebih direkomendasikan karena lebih cepat), berhenti tepat di depan gerbang Setu Babakan.
Dare to live until the very last. Dare to live forget about the past. Dare to live giving something of yourself to others, even when it seems there's nothing more left to give.
Monday, April 30, 2012
Thursday, April 26, 2012
10 Perusahaan Indonesia yang Masuk 2000 Korporasi Global
Sepuluh perusahaan di tanah Air menembus jajaran 2.000 perusahaan tercatat di bursa terbesar di dunia versi majalah Forbes, Global 2000. Sepuluh perusahaan itu terdiri atas enam badan usaha milik negara (BUMN) dan empat swasta. Perushaaan perbankan mendominasi dengan lima perusahaan.
Pemilihan kategori terbesar tersebut didasarkan pada aset, laba bersih hingga kapitalisasi pasar. Dalam laporan terbaru Global 2000 yang dirilis Forbes, Kamis (19/4) ini, pada 2011 pendapatan 2.000 perusahaan global itu mencapai US$ 36 triliun atau naik 12 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan dari sisi laba mencapai US$2,64 triliun (naik 11 persen) dan aset US$ 49 triliun naik 8 persen. “Total perusahaan tersebut terdiri dari 83 juta orang di seluruh dunia,” tulis Forbes.
Secara global, Exxon menempati urutan pertama sekaligus memperoleh predikat paling menguntungkan. Dengan laba tahunan pada 2011 mencapai US$ 41,1 miliar, Exxon menggeser JP Morgan Chase yang menempati urutan teratas tahun sebelumnya dengan laba US$ 19 miliar.
Di urutan ketiga hingga kesepuluh, berturut-turut adalah General Electric,Royal Dutch Shell, ICBC, HSBC Holding, PetroChina, Berkshire Hathaway, Wells Fargo,dan Petrobras.
Berikut adalah 10 perusahaan Indonesia tersebut.
Labels:
BCA,
BNI,
BRI,
Bumi Resources,
BUMN,
Danamon,
Forbes,
Global 2000,
Gudang Garam,
Mandiri,
PGN,
Telkom
Tuesday, April 24, 2012
Anti Mall Tour Part 1: Mencari Pesugihan demi Jodoh di Kota Bogor
What? Pesugihan? Hello..... ini abad ke-21 bung? Hari gene masih nyari pesugihan...
Begitulah kira-kira respon pembaca membaca judul tulisan kali ini (mungkin kali ye, hehehe).
Tapi bukan itu yang dikerjakan oleh kelompok Bimbingan Profesi Sarjana Legal Pertamina Tahun 2011 Lokasi OJT Jakarta pada Sabtu, 21 April 2012 yang lalu. Memang sih kita berangkat ke Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Garden) yang terletak di tengah kota Bogor, mencari pohon-pohon besar sambil mengucap: "jodoh..jodoh..ketemu jodoh..". Hahaha, kelompok desperado yang lagi galau sama jodoh (bagi pembaca yang tertarik, silahkan hubungi Penulis untuk arrange Blind date ya). Wkwkwkw, cacat....
Begitulah kira-kira respon pembaca membaca judul tulisan kali ini (mungkin kali ye, hehehe).
Tapi bukan itu yang dikerjakan oleh kelompok Bimbingan Profesi Sarjana Legal Pertamina Tahun 2011 Lokasi OJT Jakarta pada Sabtu, 21 April 2012 yang lalu. Memang sih kita berangkat ke Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Garden) yang terletak di tengah kota Bogor, mencari pohon-pohon besar sambil mengucap: "jodoh..jodoh..ketemu jodoh..". Hahaha, kelompok desperado yang lagi galau sama jodoh (bagi pembaca yang tertarik, silahkan hubungi Penulis untuk arrange Blind date ya). Wkwkwkw, cacat....
Pose di depan Stasiun Bogor |
Perjalanan kami awali dengan keterlambatan sekitar 1 jam dari rencana. Siapa lagi penyebabnya kalau bukan ketua perkumpulan cacat alias Ummi STC (Si Terlalu Cacat). Kemudian dengan setengah berlari-lari, kami membeli tiket KRL Jurusan Jakarta Kota - Bogor seharga Rp 7000 dari Stasiun Gambir. Perjalanan KRL ini dipimpin oleh Ivonne Si Hantu Kereta alias Nenek Berambut Palsu (dulunya sih, sekarang udah gak berambut palsu lagi). Jadi siapa saja sih anggota rombongan ini? Tadi udah disebutin dua orang, kita ada 4 orang lagi, yaitu Mbok Des si Gadis Bali si Kamus Berjalan, Harto si Mr. High Man, Mbak Rika alias Mrs. Li Yeong Ojan dan Penulis alias Domci si Manusia Pocong. Sekitar 1 jam lebih, kami tiba di Stasiun Bogor dan langsung cari makan karena sudah kelaparan.
Labels:
Bogor,
BPS Legal Pertamina,
BPS Pertamina,
Jalan-Jalan,
Jawa Barat,
Kebon Raya Bogor,
Kuliner,
Tour
Location:
Bogor, Indonesia
Wednesday, April 18, 2012
Inilah ke 83 Marga Keluarga Besar PARNA
Bagi masyarakat Bangso Batak dan para anthropolog/etnolog telah banyak mengkaji keberadaan marga-marga keturunan Raja Nai Ambaton yang teguh memegang amanat leluhurnya dalam membangun ikatan persaudaraan pada berbagai wilayah di Indonesia sampai ke luar negeri (desa na ualu). Warga Parna dalam berkomunikasi persaudaraan tidak memandang adanya sekat/batas, wilayah penyebaran sub etnis (puak), agama, sosial budaya, sosial ekonomi dan sosial politik. Kenyataan, sebegitu tahu dirinya bagian dari marga PARNA komunikasi akan terbangun secara spontanitas. Ini sudah menjadi kebiasaan dan berlangsung cukup lama, bukan satu abad saja. Telah teruji dalam sejarah perjuangan, zaman revolusi, termasuk dalam menegakkan kemerdekaan RI, demikian dituturkan para orang tua-tua pelaku perjuangan dari berbagai wilayah.
Begitu sakral ikatan kekerabatan (pertuturan) PARNA ini bagi individu yang sudah merasakannya. Banyak perantau mendapat pengayoman dari semarganya, ketika dia berada di daerah baru di seluruh wilayah Indonesia ia mendapatkan orang tua, walau orang tua kandungnya jauh nun di tanah Batak sana. Seorang putra Batak keturunan Raja Nai Ambaton diperantauan cukup menyebut tahu lingkup marga-marganya, itu sebagai modal berkomunikasi, bahwa ia anak, bapak dan kakek, atau cucu, termasuk boru (sepengambilan-berkawan).
Begitu sakral ikatan kekerabatan (pertuturan) PARNA ini bagi individu yang sudah merasakannya. Banyak perantau mendapat pengayoman dari semarganya, ketika dia berada di daerah baru di seluruh wilayah Indonesia ia mendapatkan orang tua, walau orang tua kandungnya jauh nun di tanah Batak sana. Seorang putra Batak keturunan Raja Nai Ambaton diperantauan cukup menyebut tahu lingkup marga-marganya, itu sebagai modal berkomunikasi, bahwa ia anak, bapak dan kakek, atau cucu, termasuk boru (sepengambilan-berkawan).
Labels:
Batak,
Ginting,
marga Batak,
marga Parna,
Munthe,
Nai Ambaton,
Parna,
Saragi,
Simbolon,
Tamba
Location:
Jalan Padang, Jakarta 12970, Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)