Dare to live until the very last.
Dare to live forget about the past.
Dare to live giving something of yourself to others, even when it seems there's nothing more left to give.
Pagi-pagi sekali, suasana sudah hiruk pikuk. Tiga ponakanku sudah
bersiap-siap berangkat sekolah. Sedikit malas, akupun terbangun dan mereka
pamitan sambil kuberikan uang jajan. Akupun harus bersiap-siap karena hari ini
akan kembali ke Sidikalang. Setelah makan pagi dan acara foto bersama, kami pun
dijemput AKDP CKB yang akan mengantar kami ke Sidikalang. Karena keterbatasan
waktulah, maka cutiku yang hanya seminggu aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya
untuk mengunjungi saudara dan famili sebanyak-banyaknya. Meskipun kadang-kadang
kunjungan hanya dalam hitungan jam.
Sesaat sebelum pulang ke Sidikalang
Jam dua siang kami sampai di Sidikalang. Aku langsung mandi karena aku
tidak akan berani untuk mandi di sore hari di kota kopi yang terkenal sangat
dingin ini. Kuambil handuk dan sabun kemudian ditemani Bonggi, anjing
peliharaan kami, aku berlari ke sumur di belakang rumah, menuruni sisi-sisi
jurang.
Alarmku berbunyi. Aku tak tahu ntah jam berapa. Yang kutahu, semua orang
telah bersiap-siap. Semua ponakanku telah berpakaian rapi hendak berangkat ke
sekolah. Aku pun mempersiapkan diri karena hari ini adalah perjalanan paling
melelahkan yang akan kulakukan dalam pulkam trip ini. Aku akan menempuh jarak 3
km berjalan kaki bersama ponakanku untuk mencapai Kuta Galung sementara Ibuku
akan diantar kakak iparku dengan sepeda motor. Aku sungguh bersemangat meskipun
aku tahu nanti pasti kelelahan. Setelah pamitan, aku pun menyusul ponakanku,
Tony, yang sudah berseragam SMP di tepi
jalan dan kami menyusuri jalan yang semakin menanjak sampai dipuncak bukit
kemudian berliuk-liuk menurun ke desa yang kami tuju, yaitu Kuta Galung (kuta
artinya kampung/desa).
Ponakanku Tony yang akan berangkat sekolah
Kuta Galung adalah pusat keramaian di daerah ini. Disana ada pasar
sekali seminggu, ada beberapa gereja, poskesdes, dan sebuah SMP. Terakhir kali aku berkunjung kesini sekitar
tujuh belas tahun yang lalu, namun hingga sekarang aku belum melihat adanya
perubahan yang berarti. Setelah aku dihantar sampai depan pintu, Tony berlalu
ke sekolahnya.
Adakah teman-teman yang pernah dengar Desa Singgabur? Saya jamin tidak, karena memang desa ini bukanlah sebuah desa yang terkenal seperti misalnya Kampung Naga, Kampung Sampieureun, atau yang lainnya. Tapi kali ini, Kardoman berkesempatan berkunjung ke Desa Singgabur tepatnya pada tanggal 3-4 Maret 2010. Di desa ini saya memiliki keluarga, yaitu adik kandung ayah saya (alm), yang dalam bahasa Pakpak disebut Tonga. Nah, selama 2 hari saya menginap di rumah tonga. Singgabur merupakan sebuah kawasan yang terletak di Desa Silima, Kuta Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Terletak di kawasan perbukitan yang sejuk dan indah. Gambar diatas merupakan salah satu pemandangan dari Kawasan Singgabur.
Cikalale Pong Pong…
Merbuah si nangka bari…
Lalala….Lalala….Lalala
Cikalale pong-pong, ue merbuah sinangka bari da we
Simanguda bagendari en dak mangkabari
Cikalale pong-pong, ue merbuah sinangka bari da we
Simanguda bagendari en dak mangkabari
Mela mo cituk kene turang, mela mo, cituk
Ulang ulaken kene male, ulah ulang ne, ne ni bagi
Ulang…. mo….. da….. bagi…..
Kade mo lemlem pagemu, pucuk bincoli mo, kabir-kabiren
Kade mo lemmo atemu, anak maholi man, abing-abingen
Pong kirpong le pong kirpong
Pong kirpong le pong kirpong
Lalala….Lalala….Lalala
Cikalale pong-pong, ue merbuah sinangka bari da we
Simanguda bagendari en dak mangkabari
Cikalale pong-pong, ue merbuah sinangka bari da we
Simanguda bagendari en dak mangkabari
Mela mo cituk kene turang, mela mo, cituk
Ulang ulaken kene male, ulah ulang ne, ne ni bagi
Ulang…. mo….. da….. bagi…..
Pong kirpong le pong kirpong
Pong kirpong le pong kirpong
Pong kirpong le pong kirpong
Pong kirpong le pong kirpong
Lirik lagu oleh:
Kardoman Tumangger
doman.tumangger@yahoo.com
“Sitinjo, An Unique Spiritual Tourism Site.” Demikian sebuah media nasional berbahasa Inggris tanah air, 9 Januari 2005 menginterprestasikan panorama wisata alam religius Dairi yang akan kami singgahi. Letaknya di Kecamatan Sitinjo, 3 kilometer dari Kota Sidikalang.
Mobil masih melaju melintasi aspal hitam. Pemandangan di luar kabin seakan menarik kami untuk segera tiba di tujuan. Tak sabar rasanya. Fauzi, sang fotografer mulai sibuk menyetel kamera. “Ini pasti menarik,” katanya.